Hadiah Terbaik Untuk Orang Tua Bukanlah Mobil, Rumah Mewah, Maupun Harta; Melainkan Kesholehan Kita. Setuju?


akucintaislami.com - Banyak dari kita yang memiliki cita-cita membahagaiakan orang tua. Bahkan visi tersebut menjadi quotes penyemangat seseorang saat kuliah maupun kerja.

Adapun kebanyakan dari mereka, ingin mewujudkan visi tersebut, dengan beberapa cara. Yakni:

Tamat kuliah, supaya orang tua bisa bangga melihat anaknya wisuda mengenakan pakaian toga, dan memiliki gelar.
Bisa membeli Rumah dan mobil yang bagus untuk kedua orang tuanya.
Bisa memberangkat kedua orang tuanya pergi haji atau umroh.
Dan sebagainya.

Sebetulnya memang masih banyak lagi. Paling klasik, yah yang saya sebutkan di atas barusan. Iya nggak? Udah, ngaku aja, hehehe!

Mentang-mentang saya pakai kata “klasik”, bukan berarti saya meremehkan visi tersebut yaa. Visi tersebut sama sekali tidak salah. Dan memang tidak ada yang mengharamkannya kan? Justru bagus. Sayangnya, ada yang kurang saja. Yaitu, gimana seandainya ketika nanti malam orang tua kita tidur, lalu esoknya mereka tak bisa bangun lagi untuk selama-lamanya?

Masihkah Anda mau rajin belajar? Masihkah Anda mau kerja keras? Anda sudah capek-capek mempersiapkan ‘kadonya’. Namun, tiba-tiba si penerima kado tersebut sudah tiada. Maka, untuk apa kado tersebut..??

Maka dari itu, membahagiakan orang tua itu disegerakan, jangan tunggu punya barang mewah

Anehnya, kita suka bikin visi yang muluk-muluk suapaya bisa membahagiain orang tua. Tanpa membuat visi yang bisa direalisasikan dalam waktu singkat. Seperti halnya:

Traktir orang tua makan
Pijat bagian tubuh mereka yang pegal
Do’akan mereka
Membaca Al-Qur’an bersama mereka
Tunjukkan cinta kepada mereka
Serap sebanyak-banyaknya ilmu mereka, lalu konsisten praktekkan. Supaya bisa jadi amal jariyah bagi mereka.
Nah, poin yang terakhir tersebutlah yang kerap dilupakan. Terlalu kerap dilalaikan.

Padahal, bisa jadi, itulah satu-satunya hal terbesar yang mereka butuhkan. Sekiranya orang tua saya pernah ngajarin saya, “Sholat ke Mesjid Nak!” lalu, setiap hari 5 kali saya sholat ke Mesjid, maka orang tua saya pun dapat pahala, persis seperti pahala yang insya Allah saya dapatkan tatkala saya pergi ke Mesjid.

Yang lebih sederhana lagi, ketika orang tua mengajarkan kepada kita, “Kita itu jadi orang harus jujur, nggak boleh bohong…” lalu, setiap saat saya jujur, meninggalkan pilihan untuk berbohong, maka insya Allah orang tua saya pun keciprat pahala.

Menjadi anak sholeh, itulah hadiah yang terbaik untuk orang tua

Bukannya hadiah berupa materi itu tidak baik, tentulah baik juga. Hanya saja, menjadi anak sholeh, itulah yang terbaik.

Sembari Anda berproses membelikan mobil dan Rumah untuk orang tua, menghajikan orang tua; cobalah untuk menjadi anak yang sholeh. Supaya kalau tiba-tiba beberapa detik kemudian mereka meninggalkan dunia ini, Anda tidak begitu ‘menyesal’. Toh, sekiranya ‘kado’ berupa mobil, Rumah, dan lain-lain tersebut tidak jadi Anda berikan, mereka masih bisa mendapatkan pahala, karena Anda menjadi anak yang sholeh.

Pahala, itu yang sesungguhnya dibutuhkan orang tua kita…

Coba bayangkan….

Perlahan-lahan, tanah-tanah diturunkan ke lubang kubur yang telah cukup dalam..

Untuk menutupi seorang mayat yang telah dikafani..

Tak lama kemudian, selesailah penutupan lubang kuburan tersebut..

Lalu dilanjutkan dengan pelantunan do’a dari orang-orang yang menyaksikan penguburan sang jenazah. Sambil diiringi dengan tangisan..

Pertanyaannya, apakah mereka akan berdo’a disitu selama-lamanya? Nggak. Satu per satu, berhenti berdo’a. Satu per satu, mengusap air mata mereka. Satu per satu, berhenti menangis. Satu per satu, mulai pergi meninggalkan kuburan tersebut. Satu per satu, pulang ke Rumah masing-masing.

Tinggallah beberapa orang yang paling mencintai sang jenazah di kuburan tersebut. Bisa jadi termasuk Anda. Namun, tak lama kemudian, ujung-ujungnya mereka berhenti menangis juga. Akhirnya, mereka pergi meninggalkan kuburan tersebut juga.

Hm, lalu? Yah, si jenazah tinggal sendirian di kuburan tersebut..

Mulailah ia masuk ke alam yang baru. Yakni, alam kubur. Alam dimana hanya tinggal menunggu kiamat saja.

Siapa yang diridhai bahwa ia termasuk orang yang baik, maka enaklah dia santai-santai di kuburan. Dan siapa yang belum beruntung hingga ia termasuk orang yang celaka, maka dia disiksa di kuburan tersebut. Itu baru di Kuburan, belum lagi di Akhirat?

Siksaannya beraneka macam. Bisa jadi mulai dari terkaman ular, semburan bola api, dan lain-lain.

Sementara itu, terlihat beberapa orang yang badannya menjadi hitam gosong karena disembur bola api.

Di sisi lain, ada juga orang-orang yang badannya dililit ular, hingga badannya pecah mengeluarkan segala isi tubuhnya.

Nah, sekarang, yang hendak disiksa, giliran seseorang yang sepertinya tidak asing bagi Anda.

Langsunglah, bola api mulai disemburkan, dan sang ular ganas pun mulai melaju dengan kencang untuk menerkam orang tersebut. Lalu, tiba-tiba..

Tiba-tiba, bola api tersebut lenyap dan menjadi asap! Dan tiba-tiba pula si ular tersebut mengecil, dan mulai menghilang! Wah, ada apa gerangan?

Ternyata, di alam dunia:

Anda barusan sedekah. Karena Anda mengingat nasehat orang tua, agar senantiasa bersedekah.
Anda barusan selesai sholat. Karena Anda mengingat omelan orang tua Anda agar senantiasa sholat.
Anda barusan bersikap ramah kepada seseorang. Karena Anda mengingat marahan orang tua Anda karena dulu Anda suka nggak sopan.

Anda barusan menghafalkan Al-Qur’an. Karena Anda mengingat senyuman orang tua Anda tatkala melihat Anda tengan membaca Al-Qur’an.
Dari hal tersebut bisa kita ambil pelajaran. Karena kebaikan yang sekarang tengah Anda lakukan, orang tua Anda yang di kubur sana terselamatkan! Nah, inilah sejatinya pembahagiaan orang tua. Kebahagiaan di atas kebahagiaan. Kebahagiaan abadi.

Sumber : teknikhidup
loading...

Subscribe to receive free email updates: